Selasa, 01 Oktober 2013

SEKILAS TENTANG AMOEBIASIS ATAU INFEKSI USUS BESAR

Amoebiasis adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit komensal usus. Penyakit ini tersebar hampir diseluruh dunia terutama di daerah negara tropis yang sedang berkembang. Umumnya disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higiene individu dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial ekonomi dan kultural yang kurang menunjang perilaku kesehatan.

Kasus amoebiasis masih sering di jumpai, baik di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) maupun dalam praktek kedokteran sehari-hari, tetapi penanganannya kadangkala kurang memadai, sehingga akan terjadi komplikasi yang lebih berbahaya. Maka ada baiknya diketahui tentang kasus amoebiasis agar bisa dilakukan penanganan dan pencegahan yang tepat.

1. Kuman Penyebab Amoebiasis.
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal (apatogen = tidak menimbulkan penyakit) di usus besar manusia. Apabila kondisi tubuh kurang sehat parasit ini dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus dan menimbulkan peradangan). Siklus hidupnya ada 2 macam yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista yang bisa bertahan.

SEKILAS TENTANG PENYAKIT TYPUS

Penyakit Typus adalah penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Penyakit ini biasa menyerang anak-anak sampai orang tua, jika terlambat pengobatannya bisa berakibat pada kematian.

Typus dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:
1. Demam tifoid, penyakit yang sering dan umum ditemukan di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa.
2. Penyakit Rickettsia (typhus), penyakit yang disebabkan oleh bakteri genus Rickettsia yang disebarkan oleh kutu.

Penyebab :
Penyakit Typus disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu bakteri Salmonella typhosa, masuk ke tubuh lewat makanan dan minuman yang tercemar.
Tubuh yang sedang lemah/tidak fit/drop karena capek, flu, meriang akan mudah terserang penyakit typus.

GEJALA KHAS SERANGAN JANTUNG

Mari, kita perhatikan gejala khas yang timbul pada orang yang mengalami serangan jantung. Setelah membacanya, tanyakan pada diri Anda, apakah Anda mengalami beberapa gejala tersebut?
1. Dada terasa sesak dan berat sehingga sangat sulit untuk bernafas.
Mungkin Anda pernah melihat sebuah iklan obat sakit asma di layar kaca, dimana terlihat seorang perempuan yang diilustrasikan sedang merasakan sesak nafas yang berat ibarat diikat oleh tali kuat dan kencang. Nah, seperti itulah rasanya sesak nafas orang yang terkena serangan jantung.
2. Mengeluarkan keringat, perut terasa mual, dan timbul perasaan cemas.
Kondisi tersebut muncul serta-merta berbarengan dengan sesaknya nafas sampai kesulitan saat bernafas.
3. Rasa sakit yang menjalar.
Leher terasa sakit, yang diikuti oleh rasa sakit pada lengan kiri dan rahang, di bagian belakang perut, dan juga terjadi pada salah satu bahu.

KATA-KATA SEPELE YANG TAK BOLEH DIUCAPKAN ORANG TUA PADA ANAK

Memiliki dan membesarkan sang buah hati punya seni tersendiri. Apalagi, kata para pemerhati anak, tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang tua. Tak jarang, kita terlalu yakin mampu membesarkan buah hati dengan cara sendiri. Ternyata, tidak semudah itu. Berawal dari komunikasi sehari-hari, perkembangan anak pun bisa saja terganggu. Nah, Ayah dan Ibu, ada kata-kata yang sebaiknya tidak Anda lontarkan untuk buah hati tercinta. Apa itu?

''Pergi sana!
Ayah/Ibu Mau Sendiri atau Ayah/Ibu Lagi Repot atau Ayah/Ibu lagi Ada Tamu!!''
Ketika orang tua kerap melontarkan kata-kata ini pada anak, Suzette Haden Elgin, pendiri Ozark Center, mengatakan anak-anak akan berpikir tidak ada gunanya berbicara dengan orang tuanya karena mereka selalu diusir atau kehadiran mereka seakan tak ada artinya. ''Jika orang tua terbiasa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak sejak mereka kecil, biasanya mereka akan mengatakan hal serupa ketika dewasa.''

''Kamu Itu...''
Pelabelan pada anak adalah cara pintas untuk mengubah anak-anak. Jika seorang ibu atau ayah mengatakan, ''Anak saya memang pemalu'', "Kamu itu nakal", "Anak saya memang bandel", maka anak akan menelan begitu saja label itu tanpa bertanya apa pun. Apalagi, bila kita memberikan label buruk pada anak-anak, itulah yang akan melekat dalam benak mereka. Seumur hidup.