Sabtu, 21 April 2012

MENDONGENGLAH BAGI PERKEMBANGAN MORAL ANAK

Pernah mencoba memasuki dunia anak-anak? Paling tidak, mulai dengan anak anda. Jika saat ini anak anda yang katakanlah berumur antara 3 sampai 9 tahun sedang meluangkan waktunya sendirian di ruangan lain dimana tidak ada orang yang memperhatikan, coba tengok sesekali. Kadang anda akan mendapati sebuah adegan monolog yang diperankan anak anda bak seniman panggung teater.

Ya. Imajinasi anak memang mengalir dengan sangat derasnya. Sampai-sampai mereka butuh meluangkan segenap waktu untuk mengapresiasikan imajinasi yang mereka interpretasi entah dari film yang mereka tonton, tokoh game yang mereka mainkan, atau mungkin tokoh sebuah cerita dari buku yang mereka baca. Namun apakah ini baik? Tidak selalu.

Kebanyakan anak saat ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game konsol atau menonton televisi. Sudah jarang mendapati anak-anak menghabiskan waktu untuk membaca atau mendengarkan kaset dongeng yang biasa diputar di radio tahun 1980-an. Kalaupun membaca, kebanyakan malah membaca status jejaring sosial atau komentar dari teman-temannya. Sekarang kita tilik tontonan yang dengan setia mereka nantikan di televisi. Kalau bukan tokoh jagoan dengan senjata pedang, pistol, tenaga dalam atau pukulan yang mematikan, paling-paling kisah percintaan anak remaja. Ini yang bahaya.

Membuka kemungkinan imajinasi mereka terarah ke sesuatu yang mengakibatkan hal yang tidak diinginkan atau hal negatif. Bagi anak yang suka melihat adegan kekerasan yang dilakukan tokoh jagoannya, malah berkecenderungan bersikap kasar pada pihak yang menurutnya lebih lemah atau sekedar membela diri bahkan dari omelan orangtua sekalipun. Sedangkan yang menonton kisah percintaan anak remaja jadi bersolek dan membicarakan cinta-cintaan jauh sebelum umurnya.

Disinilah manfaat membiasakan mendongeng pada anak yang kalau bisa sudah dilakukan sejak si anak masih bayi atau balita. Ini akan membantu menanamkan kebiasaan membaca pada anak. Dan kebiasaan membaca akan memudahkan proses belajar si kecil ketika ia mulai menapak ke jenjang pendidikan. Ketika anak mulai beranjak 3 tahun, ia mulai bisa memahami peran dan cerita.

Ini adalah kesempatan emas (masa emas balita/the golden age/masa mengingat segala yang dilihat, didengar dan dialami balita) dalam menanamkan moral yang baik demi modal si anak ketika dewasa nanti. Kebanyakan cerita dalam dongeng sarat akan pesan moral yang baik. Dan ketika si anak tertarik pada tokoh dalam cerita (yang biasanya merupakan tokoh protagonis), ia akan meniru adegan dan sikap si tokoh didalam cerita. Tidak hanya itu, tingkah laku baik yang terangkum didalam tokoh juga akan ikut diboyong oleh anak.

Selain itu, menurut psikiater dari Harvard, Lawrence Kutner, Ph.D, dongeng berperan penting bagi anak agar dapat memasuki perjalanan hidupnya tanpa risiko. Anak dapat mengatasi masalahnya dengan mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh didalam cerita. Ini akan menjadi panduan problem solving bagi si anak ketika ia mulai belajar bersosialisasi dengan orang asing seperti teman baru di sekolah.

Membiasakan mendongeng untuk anak juga dapat membantu anak belajar mendengarkan dan menyimak. Ia akan lebih menghargai orang yang sedang berbicara padanya dan menghargai nilai-nilai dalam pembicaraan itu. Jangan lupa! Kegiatan mendongeng juga akan mendekatkan hubungan antara orangtua dan anak karena pengalaman yang mereka bagi saat bertualang didalam imajinasi cerita.

Ini jelas akan memudahkan orangtua dalam berkomunikasi dengan anak nantinya. Ini juga dapat menjadi sebuah alasan anak dapat menuruti orangtua mereka bukan karena takut, tetapi karena rasa kasih dan sayang yang begitu mendalam. Jadi para orangtua, ketika malam datang, tinggalkan kesibukan lain, dan mulailah mendongeng.
(Sumber : artikelpopuler)

PERLU DIINGAT :
1. Mendongeng pada anak tak selalu harus membeli/memiliki buku yang mahal, bagus dan terlihat rapi. Buku pinjaman, membeli dari loakan atau pemberian dari anggota keluargapun dapat digunakan untuk mendongeng dan pilihlah cerita yang menarik dan bisa memberi suri tauladan bagi anak.

2. Orangtua juga dituntut untuk kreatif, tanpa buku, orang tua dapat menyusun dongeng sendiri, mempraktekkan dongeng agar seru dihadapan anak, bisa dibantu dengan alat alat yang ada dirumah seperti kertas koran, lap piring, bunga plastik atau mainan lainnya. Orang tua juga bisa melatih diri menciptakan tokoh tokoh dalam dongeng yang diciptakan, melatih suara dengan warna suara yang berbeda beda agar suasana mendongeng menjadi lbh menarik dan seru.

3. Nikmati saat mendongeng sebagai bagian dari mencurahkan kasih sayang pada anak. lakukan dengan rasa senang, nyaman dan gembira. Tak perlu malu memasuki dunia anak anak yang menyenangkan dan JANGAN mengajak anak yang harus masuk dalam dunia orang tua/dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar