11 HAL TENTANG MAKANAN BAYI
![](http://2.bp.blogspot.com/-GFyxP3zx4mI/UCN93CIE2oI/AAAAAAAAAU8/OGY0SIy1kw0/s1600/Makanan+bayi.jpg)
Setelah
si kecil mulai mendapat MPASI, begitu banyak ragam bahan makanan yang
bisa diberikan. Berikut 11 makanan yang paling "akrab" dengan bayi
disertai penjelasan dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.A(K).
1.Oatmeal/bubur gandum untuk bayi
Bubur gandum/oatmeal merupakan sumber karbohidrat. Makanan yang
mengandung serat, fitokemikal, vitamin, mineral, protein dan juga rendah
lemak ini baik untuk kesehatan, termasuk kesehatan bayi. Kandungan
seratnya baik untuk pencernaan karena mencegah konstipasi/sembelit dan
sifat seratnya yang larut dalam air akan menurunkan kadar kolesterol,
serta mampu "mengatur" penyerapan karbohidrat yang baik untuk penderita
diabetes. Bahkan oatmeal mengandung substansi untuk mencegah kanker.
Oatmeal juga membuat lambung terasa penuh untuk jangka waktu cukup
panjang.
Bayi bisa diberikan oatmeal sejak berusia 7 bulan.
Rebus serpihan gandumnya sebentar dengan sedikit air hingga lembut.
Bubur gandum untuk bayi bisa disajikan plain (apa adanya) atau dicampur
dengan susu atau buah, bisa juga dibuat kue camilan. Namun, gandum yang
merupakan bahan oatmeal mengandung gluten yang pada sebagian bayi dapat
memicu alergi.
2. Mi, kentang, pasta, umbi-umbian
Makanan
bayi tak harus berupa nasi tim saja. Bisa dimulai pemberiannya pada usia
6 atau 7 bulanan (saat dimulainya pemberian MPASI). Sumber karbohidrat
lain seperti mi beras dan terigu, kentang, ubi, jagung, roti gandum,
atau pasta boleh saja diberikan. Namun dalam pengolahannya hindari bumbu
yang berlebihan terutama bumbu yang berasal dari kemasan mi instan
(lihat Aturan Pemberian Bumbu).
3. Daging ayam
Manakah yang
lebih baik, daging ayam kampung atau ayam negeri? Sebenarnya baik
daging ayam kampung maupun ayam negeri sama baiknya, selama ayam itu
sehat. Ada anggapan ayam kampung lebih baik daripada ayam negeri karena
hidup ayam kampung relatif lebih alamiah ketimbang ayam negeri yang
banyak diberi suntikan hormon, vaksin dan lainnya.
Perlu
dicermati, sebagian besar sapi, ayam, dan binatang peliharaan lain juga
diternakkan dalam kondisi "factory-like" atau dalam jumlah besar dan
secara rutin diberi antibiotik dosis rendah melalui makanan atau air
minumannya. Di Amerika Serikat diperkirakan 70% antibiotik dipergunakan
untuk hewan ternak. Hal ini potensial menyuburkan kuman yang resisten
terhadap antibiotik. Sebagian bakterinya ini bisa menyebar melalui
daging yang dimasak tidak sampai matang.
Residu bahan-bahan
kimia pada daging ternak terkonsentrasi pada lemak dan kulit. Untuk
memperkecil risiko dampak buruknya, buang lemak dan kulit dari daging
ternak sebelum memasaknya.
4. Ikan air tawar atau ikan laut?
Selain tinggi protein, ikan memiliki kandungan lemak tak jenuh yang
sangat bermanfaat bagi pembentukan otak bayi. Ikanbaik ikan air tawar
maupun ikan laut seperti tuna, tengiri, makarel, dan kakap besardapat
diberikan kepada bayi usia 9 bulan ke atas. Pengolahannya bisa ditim,
dipanggang, ditumis, atau dipepes. Cara pengolahan seperti ini relatif
paling "aman" karena nilai gizi ikan hanya akan berkurang sedikit.
Sementara cara pengolahan ikan dengan direbus atau digoreng berisiko
menghilangkan mineral-mineral yang terkandung pada ikan karena larut
dalam air atau minyak yang digunakan.
5. Telur ayam
Telur
merupakan makanan kaya protein. Namun, pemberian telur kepada bayi
terutama bagian putihnya, sering memicu alergi. Jadi kalaupun ingin
menyajikan menu telur berikan kuning telurnya saja, itu pun setelah bayi
usia 7 bulan. Sementara putih telur umumnya direkomendasi baru setelah
usia bayi di atas 9 bulan.
Telur bisa disajikan dalam bentuk
sup (telur dikocok lalu dimasukkan ke dalam air rebusan sup ayam atau
sup lainnya). Atau rebuslah telur, lalu kuningnya dijadikan campuran
tumis sayuran. Puding bayi pun dapat diperkaya kandungan gizinya dengan
penambahan susu dan kuning telur.
6. Buah
Buah yang paling
sering diberikan kepada bayi di awal pemberian MPASI adalah pisang.
Namun, bukan berarti pisang adalah buah terbaik. Kebiasaan ini
semata-mata terbentuk karena meniru begitu saja apa yang dilakukan
kebanyakan orangtua dulu. Padahal banyak alternatif buah yang dapat
diberikan, seperti pepaya, pir, apel, melon, semangka, mangga, avokad,
dan jeruk. Sampai usia 7 bulan sebaiknya buah, kecuali avokad, diberikan
setelah dikukus sebentar atau direbus dengan sedikit air, lalu
dilumatkan menjadi seperti saus dengan atau tanpa susu.
7. Keju
Keju merupakan olahan dari susu dan termasuk dairy product yang dapat
diberikan kepada bayi mulai usia 7 atau 8 bulan. Kandungannya tidak
berbeda jauh dari susu ternak, yakni protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Olahan keju bisa dicampurkan ke dalam porsi makanan bayi bisa
dengan cara diparut. Baik untuk menambahkan rasa gurih yang bermanfaat
pada makanan bayi. Gunakan secukupnya atau kira-kira seukuran dadu
dengan panjang, lebar, dan tinggi 1/2 ukuran kartu domino.
8. Madu
Beberapa zat yang terkandung dalam madu adalah fruktosa (gula buah),
protein, vitamin, dan mineral. Soal boleh tidaknya pemberian madu pada
bayi masih memunculkan kontroversi. Penelitian modern menemukan, madu
asli (yang diambil langsung dari sarang lebah tanpa diolah lagi)
ternyata mengandung kuman clostridium botulinum yang dibawa oleh
kaki-kaki tawon. Spora dari clostridium botulinum ini bisa hidup dalam
tubuh bayi dan menyebabkan infantile botulism dengan gejala panas,
kembung, dan kejang. Penyakit ini amat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian. Itulah mengapa, terutama madu asli (yang masih mengandung
lilin) amat tidak disarankan bagi bayi.
Untuk amannya, jangan
memberikan madu sampai anak berusia 2 tahun. Tanpa madu pun bayi tak
akan merugi. Bayi justru bisa merugi kalau diberi madu karena bisa
menimbulkan keracunan botulism.
9. Yoghurt
Selain dari susu
segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak) yang
dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu tergantung pada
kekentalan produk yang diinginkan. Yoghurt boleh diberikan sejak bayi
berusia 7 atau 8 bulan. Itu pun yoghurt yang memang dibuat khusus agar
dapat dikonsumsi bayi, bukan sembarang yoghurt. Banyaknya sekitar 25 ml
per hari. Setelah berusia setahun barulah anak dapat mengonsumsi semua
jenis yoghurt dan menikmati manfaatnya sebagai sumber protein, kalsium,
fosfor, dan lemak.
Yoghurt sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
susu karena pada dasarnya yoghurt adalah susu yang difermentasi dengan
memasukkan bakteri lactobacillus, yaitu bakteri baik yang ada di saluran
cerna dan ASI. Penambahan ini membuat asam dan laktosa (gula susu)
terurai dan tekstur susu pun berubah jadi menggumpal.
Untuk
konsumsi bayi, pilih yoghurt murni (tanpa penambahan rasa apa pun
termasuk rasa buah). Kemudian campurkan dengan buah asli seperti mangga,
pisang, stroberi, kiwi, melon, avokad atau pepaya yang dihaluskan
(dilumat atau diblender).
Konsumsi yoghurt juga baik dilakukan
di saat bayi mengalami diare serta membantu bayi yang menderita
intoleransi terhadap laktosa. Laktosa susu pada yoghurt yang sudah
dipecah oleh bakteri baik melalui proses fermentasi jadi mudah diserap
pencernaan. Itulah mengapa yoghurt amat disarankan sebagai pengganti
susu bagi anak yang tidak mampu mencerna laktosa dengan baik. Dengan
minum yoghurt, anak terhindar dari diare akibat intoleransi laktosa.
Selain itu, mengonsumsi yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga
kesehatan saluran pencernaannya.
10. Es krim
Es krim boleh
diberikan untuk bayi di atas 6 bulan sebagai camilan karena kandungan
gizinya sama dengan susu. Rasa yang dipilih boleh apa saja; vanila,
cokelat, stroberi dan lainnya tergantung pada selera bayi. Orangtua juga
bisa membuat es krim sendiri dengan bahan bubur kacang hijau dicampur
susu dan diblender kemudian dibekukan dan diblender lagi. Bayi juga
menyukai fruit milk shake dari buah dengan es krim vanila dan susu yang
diblender.
11. Aneka makanan botol siap saji
Kandungan gizi
produk makanan bayi siap saji (umumnya produk impor dan dikemas dalam
botol kecil-kecil) sudah diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan gizi
bayi. Boleh saja diberikan kepada bayi dalam keadaan "emergensi"
(umpamanya saat bepergian). Untuk sehari-hari, buatlah makanan rumah
dari bahan lokal. Selain lebih murah, juga lebih mudah, sehat, dan
segar.
ATURAN PEMBERIAN BUMBU PADA MAKANAN BAYI
Masakan
tim untuk bayi usia 9 bulan ke atas sudah boleh diberi bumbu masak
alami. Contoh bumbu alami adalah bawang bombai, bawang merah, bawang
putih, bawang daun, seledri, salam, serai, daun jeruk, kemangi,
lengkuas, kunyit, kencur, dan lainnya.
Namun, garam sebaiknya
tidak diberikan kepada bayi di bawah 1 tahun karena bisa memperberat
kerja ginjalnya. Lagi pula kebutuhan natrium yang terkandung dalam garam
sudah tercukupi lewat makanan. Lada atau merica, sebaiknya tidak
diberikan dulu karena rasanya yang pedas.
Pemberian gula pun
harus hati-hati karena bila terlalu banyak bisa mengganggu pencernaan
bayi (mencret) atau pada anak yang sudah punya gigi akan mempermudah
kemungkinan kerusakan gigi.
Jadi, perlu diketahui, sebetulnya
pemberian gula dan garam tidak menambah kandungan nutrisi dalam makanan.
Malah akan membuat anak jadi terbiasa dengan makanan manis atau asin di
kemudian hari yang merupakan kebiasaan kurang sehat.
Hindari
pula bumbu masak artifisial seperti vetsin atau penyedap rasa lain yang
umumnya mengandung monosodium glutamat (MSG), zat pengawet, maupun
pewarna karena tak bermanfaat, bahkan dapat merugikan kesehatan bayi.
(tabloit nikita.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar